Improving Quality Of Life

Visitor 15.005

Hits 871

Online 6

KATALOG KARYA
2015.4434 - 63.NAT
Filsafat - Inspirasi © 2015-01-19 : 12:14:35 (3357 hari 03:51:20 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » SOAL UJIAN NO 10 MENJADI SOAL UJIAN BAGI KITA SEMUA ± Filsafat - Inspirasi © Nata. Posted : 2015-01-19 : 12:14:35 (3357 hari 03:51:20 lalu) HITS : 607 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma0
RESENSI : Berbuat baik dapat dijadikan sebagai bentuk rasa syukur. Kedalamannya dapat diukur dari seberapa besar rasa empaty yang dimiliki seseorang.
Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu. (QS. Al-Qashas: 77).

Sering kita mendengar kata simpati maupun empati. Terlebih kata simpati jauh lebih populer karena digunakan oleh salah satu provider untuk trademark produknya. Sering kita berasumsi kedua kata itu memiliki arti yang sama, padahal pendapat itu tidak terlalu tepat. Simpati berasal dari kata Yunani, syn (bersama-sama) danpathos (penderitaan). Jadi simpati artinya ikut merasakan penderitaan orang lain.

Empati juga berasal dari kata Yunani, en (masuk ke dalam) dan pathos (penderitaan). Berdasarkan etimologi ini, empati hampir sama dengan simpati, tetapi lebih terhanyut masuk ke dalam seolah ikut merasakannya secara emosional. Empati adalah kemampuan seseorang untuk bereaksi terhadap emosi negatif atau positif orang lain seolah-olah emosi itu dialami sendiri.

Ada pengendara sepeda motor ditabrak oleh metro mini. Semua orang yang ada disekitar lokasi kejadian pandangannya langsung beralih ke TKP. Sebagian ada yang berlari mendekat. Sebagian ada yang berucap: “Waduh, kasihan banget sepeda motor dihajar metro mini”. Nah, ini adalah simpati. Dan biasanya hanya berlangsung dalam hitungan menit saja. Setelah itu terlupakan.
Seandainya ada salah satu dari mereka yang kemudian menelpon polisi atau membantu membawa korban ke rumah sakit terdekat maka itulah yang disebut dengan empati. Jadi empati adalah simpati yang diikuti dengan tindakan nyata berupa pengorbanan kepada yang ditolong. Pengorbanan ini dapat berupa materi, tenaga, fasilitas atau bimbingan.

Simpati dan empati dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan bagian dari indahnya ajaran Islam. Saling mengenal dan saling menyapa, mereka yang mendapatkan kelebihan rezeki diwajibkan membantu atau mengurangi beban penderitaan kaum papa, berbagi senyum kepada sesama juga termasuk sedekah dan wujud simpati dan empati kita kepada sesama. Namun betapa naifnya kehidupan kita saat ini, yang tampak kasat mata adalah kita yang hidup dalam keberlimpahan harta tetapi masih bersikap individualistik, alias mengutamakan kepentingan diri kita dan kelompok. Kegiatan sosial kemasyarakatan, apalagi di perkotaan, sudah menjadi barang asing. Masing-masing kita tampak sibuk dan memikirkan urusannya sendiri-sendiri.

Padahal, simpati dan empati kepada sesama merupakan bagian dari ajaran Islam itu sendiri. Mengapa saat ini pribadi kita jauh dari lebel pribadi muslim. Mengapa kita bersisian jalan dengan kepribadian yang dipenuhi rasa simpati dan empati kepada SESAMA. PADAHAL KITA TAHU NAMUN TAK MAU PEDULI bahwa mereka yang memilki rasa simpati dan empati kepada sesama lebih dicintai oleh Allah. Malah dengan sebaliknya, kita lebih memilih bersifat arogan dan individualis tak peduli walau nantinya mendapat murka-Nya.

Sepenggal kisah yang saya kutip dari seorang sahabat mungkin bisa menjadi bahan renungan bagi kita.

Ini kisah tentang seseorang sebut saja Indah, salah seorang mahasiswi yang sedang menyelesaikan kuliah semester akhir di sebuah Universitas Negeri fakultas yang cukup favorit, yaitu Fakultas Kedokteran. Sebuah fakultas – menurut keyakinannya – dapat membuat hidupnya lebih baik di masa mendatang. Bukan kehidupan yang hanya baik untuknya, tetapi juga buat keluarganya.
Kini tiba saatnya Indah harus mengikuti salah satu mata kuliah ujian semester akhir, saat itu sang dosen ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.”

Setiap soal yang beliau lontarkan harus langsung dijawab saat itu, barulah beliau berpindah pada soal berikutnya. Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian mereka. Ketakutan dan ketegangan Indah saat ujian terjawab saat itu, pasalnya 9 pertanyaan yang telah dilontarkan oleh sang dosen lumayan mudah untuk dijawab olehnya. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawaban. Hingga sampailah pada pertanyaan ke-10.“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
“Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” kata sang dosen sambil menggerakkan tangannya menunjuk keseluruh ruangan kuliah.

Sontak saja seluruh mahasiswa seisi ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini, pikir mahasiswa termasuk Indah dalam benaknya.
“Ini serius !” kata sang dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang ! ”. lanjutnya mengingatkan.

Indah dan seluruh mashasiswa di Fakultas kedokteran tahu persis siapa orang yang ditanyakan oleh dosennya itu. Dia adalah seorang bapak tua, orangnya agak pendek yang selalu mengenakan peci hitam. Dan ia juga mungkin satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran tempat mereka kuliah. Bapak tua itu selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di sini. Ia senantiasa menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuat Indah dan mungkin kebanyakan mahasiswa lainnya merasa konyol, justru mereka tidak hafal nama bapak tua tersebut !!! Dan dengan terpaksa Indah dan mungkin kebanyakan mahasiswa lainnya terpaksa memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu.
Sambil menyodorkan kertas jawaban, Indah mencoba memberanikan diri bertanya kepada dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini ?.

“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” kata sang dosen.
Mendengar jawaban sang dosen, kebanyakan mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya walaupun pertanyaan lain dapat kalian jawab dengan benar, sudah pasti nilai anda hanya C atau D,” ungkap sang dosen.

Semua berdecak, Indah pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?” Jawab sang dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang memiliki rasa simpati dan empati pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Lalu sang sang dosen pergi membawa tumpukan kertas jawaban ujian itu sambil meninggalkan para mahasiswa dengan wajah yang masih tertegun. Simpati dan empati merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat. Dan sikap simpati dan empati sudah seharusnya menjadi milik semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Indah nomor ke-10 di atas, kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. Maka masihkah kita memiliki simpati dan empati kepada sesama ? sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Semoga cerita di atas menjadi hikmah untuk kita.

Wallahu’alaum bishowab

Share


Sumatra, 2015-01-19 : 12:14:35
Salam Hormat
Nata Heriadi

Nata Heriadi mulai gabung sejak tepatnya Rabu, 2012-03-28 07:41:31. Nata Heriadi mempunyai motto
Filsafat : 31 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Opini : 1 Karya
Resensi : 1 Karya
Total : 34 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Nata Heriadi


Isi Komentar SOAL UJIAN NO 10 MENJADI SOAL UJIAN BAGI KITA SEMUA 4434
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya SOAL UJIAN NO 10 MENJADI SOAL UJIAN BAGI KITA SEMUA 4434 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Orang sukses tidak meremehkan hal kecil
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti