Improving Quality Of Life

Visitor 15.938

Hits 61

Online 4

KATALOG KARYA
2012.3593 - 223.GIG
Cerita Bersambung - Legenda © 2012-04-01 : 11:54:33 (4407 hari -09:31:36 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » FAJAR MENYINGSING DI BLORA. (CHAPSTER 2 : KERIS KYAI BRONGOT SETAN KOBER) BAG 1. ± Cerita Bersambung - Legenda © GigihSantosa. Posted : 2012-04-01 : 11:54:33 (4407 hari -09:31:36 lalu) HITS : 5953 lyrict-lagu-pilihan-lama
RESENSI : Cerita yang digali dari negeri sendiri, dimana sebuah kepahlawanan muncul dengan sendirinya, hanya berpegang sebuah keyakinan tentang kebenaran.
Malam yang sangat dingin, gelap dan hanya diterangi bintang bintang yang sudah redup dikejahuan, membuat malam itu betul betul ditindih sepi, nglangut dan tintrim. Binatang binatang malam pun seperti enggan bersuara, lebih baik berdiam diri mengamati keadaan malam yang betul betul menjemukan. Lebih terasa nyaman bila malam seperti itu hanya enak untuk dibuat tidur dengan selimut yang tebal, dan terbangun ketika pagi telah datang.

Tetapi tidak untuk Tunggul yudo dan Sampar yudo, dimalam yang kelam itu mereka yang berjuluk sepasang begal Guntur geni, berlari diantara pepohonan jati, kecepatan larinya yang dilandasi dengan ilmu meringakan tubuh yang lumayan tinggi, hingga bagai melayang layang dan hanya sesekali menjejak tanah sebagai tenaga lontar tubuhnya supaya melambung, keduanya bagai burung srikatan yang menari nari dengan lincahnya.

Salah satu dari begal itu tampak membawa sebuah buntalan kecil yang disampirkan dipundak, kedua begal kakak beradik itu kelihatan tergesa gesa, hingga dalam larinya tak pernah sedikitpun mengendorkan kecepatanya, dan sebenarnyalah keduanya telah sampai ditengah hutan jati dipinggir tlatah kademangan purwadadi.
"Aku rasa kita hampir sampai kakang" Sampar yudo membuka bicara.
"Iya adi, guru kita pasti sudah lama menunggu" Tunggul yudo menjawab.
"Cepat adi, kita harus sampai sebelum tengah malam" sambung Tunggul yudo.
Mereka menambah kecepatan berlarinya, hingga angin yang ditimbulkan dari kedua orang itu bersuara menderu nderu, tersibak oleh badan yang nampak melayang layang membelah udara.
"Kakang, api itu telah kelihatan" Sampar yudo memberitahukan.
Dan semakin dekat mereka dengan api kecil itu, semakin jelas siapa gerangan yang menunggu keduanya. Ternyata yang menunggu mereka adalah guru dari keduanya, Kiajar jati.

Setelah sepasang begal Guntur geni tiba, cepat cepat Kiajar jati memadamkan apinya, dan dengan sekali hentakan tenaga dalam, api itu benar benar telah padam.
"Hormat guru, kami telah sampai" sapa hormat Tunggul yudo.
Sambil sedikit menyeringai, kiajar jati didalam kegelapan itupun hanya mengangguk angguk, setelah itu Kiajar jati segera bertanya kepada kedua muridnya.
"Kalian berhasil mebawa barang itu?"
"Berkat do'a restu guru, kami berhasil mendapatkan barang itu" kali ini Sampar yudo yang menjawab.
Haa...haa....haa..ketawa kiajar jati bagi membelah malam dan pasti membuat pekak siapa saja yang mendengarnya.
"Bagus Tunggul yudo Sampar yudo, kalian benar benar bisa aku andalkan, tidak percuma kalian menjadi muridku, nah segera bawa barang itu dihadapanku" Kiajar jati berkata kepada kedua muridnya.
"Silahkan guru, silahkan guru teliti, apakah barang ini yang guru maksud” Tunggul yudo maju sambil menyerahkan buntalan yang sedari tadi dia gendong dengan eratnya.
Segera kiajar jati menerima barang itu dan langsung membukanya pelan pelan, dikegelapan yang pekat tidak menghalangi orang orang yang berilmu untuk bisa melihat, karena matanya yang sudah terlatih oleh gemblengan latihan yang begitu berat, membuat seluruh panca indranya bisa digunakan semaksimal mungkin.
Kiajar jati menarik nafas dalam dalam, setelah terbuka buntalan itu, segera mata kiajar jati tampak menyala tanda kegirangan, senyumnya pun lepas, sambil mengangguk angguk, kiajar jati berkata kepada kedua muridnya.
"Sampar yudo, Tunggul yudo, benar barang ini yang aku inginkan" kata Kiajar jati.
Sesungguhnyalah barang itu adalah sebuah keris hitam legam, dengan aura yang membawa aroma kematian, keris itupun nampak mengeluarkan asap sewaktu dicabut dari werangkanya dikarenakan racun mematikan yang terkandung dilapisan keris itu.
"Brongot Setan Kober, bagaimana kabarmu" Kiajar jati berbicara kepada keris yang berada dalam genggamanya.
“Aku telah mencarimu kemana mana, dan sekarang kau telah berhasil berada digenggamanku, bantulah aku Setan kober" Ki ajar jati berbicara lantang tanda kepuasanya.

Benar memang, ternyata keris itu benar benar keris kyai Brongot setan kober kepunyaan mendiang adipati jipang panolan Aryo Penangsang, setelah kalah berperang dengan kerajaan Pajang, yang waktu itu pajang hanya memasang senopati mudanya, yang tak lain tak bukan adalah danang Sutowijoyo, anak angkat dari nata pajang sendiri yaitu sultan Hadiwojoyo.
Danang Sutowijoyo adalah putra kandung Kiageng Pemanahan, selain Kiageng Pemanahan, kerabat terdekat sultan hadiwijoyo adalah Ki patih juru mertani dan Ki Penjawi, mereka bertiga adalah penasehat kusus raja sekaligus pengawal pribadi yang ilmunya tidak sampai  selapis lebih rendah perbedaanya  dari sultan Hadiwijoyo sendiri, bahkan didalam aspek aspek yang lain, ketiga orang ini lebih mumpuni dari sultan hadiwijoyo.
Singkat cerita, setelah berhasil menumbangkan Aryo Penangsang, antara Kipenjawi dan Kiageng pemanahan mendapat masing masing tanah hadiah.
Kipenjawi mendapatkan alas Pati dan mengangkat dirinya menjadi bupati Pati, sedangkan Ki Ageng Pemanahan mendapat alas mentaok, alas yang menjadi cikal bakal kerajaan Mataram.

Mataram berkembang dengan pesatnya, waktu itu kraton Mataram pertama berada dikota gede, karena kesungguhan dan keuletan Ki Ageng pemanahan, alas mentaok yang dulu adalah alas gung liwang liwung telah menjadi sebuah tanah perdikan yang berkembang dan semakin berkembang.
Pemerintahan yang bersih dan dipimpin oleh pemimpin yang sakti pilih tanding, cerdas, bisa membaca situasi terkini, menjadikan Mataram benar benar berkembang dengan pesatnya, nama danang Sutowijoyo benar benar menjadi buah bibir ditlatah pajang dan demak, dari situlah julukan Panembahan senopati tersematkan.
Dan yang terjadipun mataram yang hanya dari sebuah tanah perdikan, di kemudian hari menjadi Kerajaan besar dan luas wilayahnya, hampir satu pulau jawa ditambah bali dan nusa tenggara, setelah suksesi yang mengharu biru dengan ramanda angkatnya Sultan hadiwijoyo, niscaya pusat pemerintahan tanah jawa pun jatuh ditangan kerajaan Mataram.
Begitulah sekilas berdirinya kerajaan mataram dan dengan hiruk pikuknya, menjadikan sejarah Panembahan senopati ing ngalogo sayidin panotogomo kalifatulah menjadi raja pertama  kerajaan Mataram.

Kita kembali kepada kiajar jati dengan kedua muridnya.
Di kepala Ki Ajar jati telah bergulung gulung keinginan yang begitu membuncah, disaat Keris Kyai Brongot Setan Kober berada ditanganya, dia merasa menjadi seolah olah haryo penangsang sendiri, kemauanya yang keras, terselubung cita cita tinggi, walaupun cita cita itu hanyalah sebuah penyaluran hawa nafsu tentang drajat pangkat serta kedudukan, tetapi dikepala Ki ajar jati adalah cita cita luhur yang harus diwujudkanya. Begitulah seseorang yang sedang dalam keadaan kuyungyun sesuatu, apapun akan ditempuhnya, berapapun harganya dan apapun yang menjadi pengorbananya, tak akan berpikir jernih lagi, dan sesungguhnya cita cita terdalam Ki Ajar jati adalah merebut kekuasaan di kadipaten Blora dikala Mataram sedang dalam rongrongan perang saudara.

Liku liku pencarian Keris yang di idam idamkan ki ajar jati betul betul menguras tenaga, dia bersama kedua muridnya selalu mencari informasi tentang keberadaan keris itu, syahdan terakhir yang membawanya adalah Resi manik moyo, seorang pertapa dari Lasem, tidak begitu jelas kenapa keris itu bisa sampai ketangan resi manik moyo, tetapi yang santer terdengar adalah resi manik moyo adalah salah satu penerus perguruan dari kepatihan jipang, yang dulunya dipimpin oleh Ki patih mentahun.  Disaat itu perguruan yang dipimpin ki patih mentahun menjadikan salah satu pesokong prajurit handal yang dipunyai kadipaten jipang, ilmu dari perguruan itu benar benar mengagumkan, jarang ditlatah jipang dan sekitarnya bisa menandingi ilmu ilmu yang bersumber dari kepatihan jipang tersebut.

Resi manik moyo diambang usianya yang sudah renta adalah seorang pimpinan sebuah padepokan yang bernama Welat Jati, tidak begitu banyak cantrik yang nyantrik di padepokan welat jati, tetapi yang tidak banyak itu menjadikan keuntungan tersendiri, di karenakan Resi manik moyo bisa lebih berkonsentrasi mengajar ataupun medar sabdo kepada cantrik cantriknya.
Selain olah kanuragan, padepokan welat jati juga mengajarkan sastra dan ilmu pengetahuan yang lain, barang tersebut menjadikan murid atau cantrik cantrik dari welat jati sekeluarnya mereka dari padepokan, telah siap menghadapi kehidupan dengan semestinya, pelajaran yang terpenting dari padepokan itu bukan hanya ilmu joyo kawijayan, akan tetapi lebih menitik beratkan kepada ilmu bercocok tanam, dan sesungguhnyalah resi manik moyo memang seorang ahli pertanian yang handal.

Pagi pagi Resi manik moyo kedatangan dua orang tamu, dua orang pemuda yang tegap tegap perawakannya, hanya beberapa cantrik berada didalam padepokan, yang tugasnya melayani apa apa yang menjadi kebutuhan Resi Manik moyo.
Begitulah keadaan sesungguhnya sehari hari di padepokan resi manik moyo, cantrik cantrik yang lain bila fajar tiba sampai tengah hari, mereka bekerja bercocok tanam sambil mempraktekan apa apa yang menjadi petunjuk resi manik moyo.
Disaat itulah sesungguhnya para cantrik yang berada diluar padepokan tidak merasakan apa yang akan terjadi kepada padepokan dan gurunya, malaikat maut mengintai dengan matanya yang menyala.

Dua orang itu ternyata sepasang begal Guntur geni, Tunggul yudo dan Sampar yudo.
Setelah mereka dipersilahkan duduk dibanjar padepokan, cantrik itu masuk kedalam, tak beberapa lama resi manik moyo sendiri yang menemui tamunya pagi ini.
"Ternyata ada tamu, nakmas sekalian nampaknya bukan dari orang sekitaran lasem" Resi Manik moyo membuka pembicaraan.
"Betul resi, kami datang jauh jauh dari blora" kali ini tunggul yudo yang menjawab.
Sekejab kening resi manik moyo tambah berkerut yang awalnya memang sudah berkerut tanda ketuaanya.
"Jauh jauh dari Blora pasti nakmas membawa sesuatu yang penting untuk bertemu dengan seorang tua seperti saya" Resi Manik moyo melanjutkan pembicaraanya.
"Begitulah Resi, kami datang jauh jauh ini adalah mengemban tugas dari guru kami ki ajar jati".
Tidak nampak keterkejutan di wajah Resi tua itu atas jawaban tunggul yudo, namun dihatinya bertanya tanya, ada apakah gerangan ki ajar jati mengutus kedua muridnya menemuinya. Resi manik moyo biarpun hanya berkutat disekitaran padepokannya, tetapi dia pernah mendengar sepak terjang ki ajar jati dengan ilmu tinggi yang dimilikinya tetapi memilih dijalan yang kurang terpuji.
Resi manik moyo mengambil nafas dalam dalam, penggraitonya yang peka telah merasakan aura membunuh yang dipancarkan oleh kedua orang tamunya itu, Resi manik moyo sudah tahu bahwa dua orang itu akan memaksakan kehendaknya yang sampai saat ini belum mengutarakan apa maksud kedatangan mereka di padepokan welat jati ini. Akan tetapi dengan pengalaman yang telah disesepnya, Resi manik moyo masih nampak tenang, seperti tak ada terjadi gejolak dihatinya, orang tua itu sudah bisa menenepkan segenap perasaan dan perbawa aura tubuhnya.
"Resi, kami datang baik baik ke tempat resi ini hanya untuk meminta baik baik keris kyai brongot setan kober yang resi simpan" dengan lugas Sampar yudo lugas mengutarakan maksudnya.
Tak urung resi manik moyo berubah raut mukanya, hanya sekilas itu terjadi, akan tetapi selanjutnya resi manik moyo hanya tersenyum, dan dengan menarik nafas dalam dalam resi manik moyo dengan santun menjawab…
"Nakmas berdua, setelah tahu apa yang nakmas berdua maksud, bolehlah aku berbincang sejenak kepada nakmas sekalian"
"Silahkan resi, tetapi jangan sampai berlama lama, kamu tidak mempunyai banyak waktu" Tunggul yudo menyahut.
"Begini nakmas, keris itu sebenarnya memang ada kepadaku, akan tetapi yang mempunyai kewajiban merawat dan ngrukti keris itu hanyalah aku, keris itu tidak jatuh ketangan mataram maupun kadipaten lain saja telah menjadi kebanggan kami para penerus perguruan kepatihan jipang" Resi manik moyo menjelaskan.
"Keris itu tidak sembarangan orang bisa memakainya nakmas, selain membawa perbawa kematian yang begitu kental, sesungguhnyalah keris itu tidak membawa kebaikan kepada pemegangnya, aku sendiripun begitu susah payah mengendalikan perbawa itu nakmas" Resi manik moyo begitu tatas menjlentrehkan.
Tunggul yudo yang mempunyai watak brangasan, seolah olah tidak sabar lagi untuk menutup mulut orang tua yang sedang berbicara itu, akan tetapi Tunggul yudo masih menahan diri.
“Resi, kami datang bukan untuk wejanganmu, lebih baik segera engkau ambil keris itu dan meyerahkan kepada kami” Tunggul yudo menyahut.
“Nakmas berdua, ternyata nakmas berdua terbiasa memaksakan kehendak” jawab orang tua itu agak meninggi.
“Kami memang terbiasa resi, sekarang cepat serahkan keris itu” Sampar yudo memaksa.
“Baik, akan kuserahkan keris itu bila nakmas mampu melangkahi mayatku”
Genderang perang telah ditabuh, Sampar yudo dan Tunggul yudo segera bersiap.
“Setan alas, bersiaplah kakek tua” hardik Tunggul yudo.
Dengan raga yang sudah begitu tua ternyata olah tubuh resi manik moyo belom begitu turun drastis, kelenturanya masih terlihat jelas, dan sewaktu bersiap, kuda kudanya pun masih nampak kokoh.
Kali ini Resi manik moyo betul betul telah bersiap menghadapi kedua orang tamunya, murid murid kiajar jati dari blora.

Dan sesungguhnyalah sampar yudo dan tunggul yudo sudah meneliti keadaan sebelumnya. Dikala cantrik cantrik yang lain pergi untuk bekerja disawah dan tegal tegal yang menjadi lahan bercocok tanam padepokan, hanya ada satu dua cantrik yang tinggal untuk mengurusi segala kebutuhan resi manik moyo. Menjadikan kekuatan padepokan itu terukur, dan dengan bekal ilmu yang memadai, sepasang begal Guntur geni itu bisa melaksanakan hajatnya, begitulah siasat begal Guntur geni yang penuh dengan strategi dan pengalaman.
“Resi manik moyo, sekali lagi serahkan saja keris itu, sebelum ada tumbal nyawa dipadepokan ini” Tunggul yudo masih menyempatkan berbicara.
“Seperti yang sudah saya bilang nakmas, aku tak sudi menyerahkan kepada nakmas sekalian, biarlah orang tua ini mempertahankan apa yang menjadi kebanggaanya””.
Sampar yudo maupun tunggul yudo tertawa hampir berbarengan, tak ada lagi kata kata yang terlontar dari kedua begal guntur geni, kali ini sampar yudo dan tunggul yudo telah kehilangan kesabarannya.
Tunggul yudo melompat lebih dulu sambil layangkan tinjunya ke arah kepala resi manik moyo, sambaran angin pukulan itu begitu terasa dikisaran wajah resi, tanda pukulan itu dilandasi tenaga dalam yang cukup kuat. Wussshh!! pukulan itu lewat hanya beberapa inci diatas kepala resi manik moyo, hanya sedikit merendahkan tubuhnya sambil menggesarkan arah kuda kudanya kepala resi manik moyo telah selamat.
Pukulan itu memang lewat, akan tetapi serangan berikutnya juga telah datang silih berganti antara pukulan dan tendangan.
“Anjing tua, ternyata nafasmu masih panjang juga” sela Tunggul yudo ditengah seranganya yang bertubi tubi kepada resi manik moyo.
“Lama sekali aku tak berlatih nakmas, maafkan aku bila aku kurang bisa menjamumu” jawab resi tua masih bisa tersenyum.
Jawaban tunggul yudo yang terdengar hanya umpatan umpatan kasarnya, masih dengan gerakan cepat dan tangkas kedua orang itu benar benar telah mengeluarkan apa yang masing masing mereka punya.
Disaat itu memang ada dua murid yang berada dipadepokan, mereka masih menahan diri untuk tidak melibatkan diri dalam pembicaraan itu, mereka hanya menanti sambil mendengar apa apa yang diperbincangkan didalam banjar padepokan itu, antara gurunya dan kedua orang tamunya. Selanjutnya ketika melihat gelagat yang kurang mengenakan, kedua orang murid itupun telah bersiap, dan mengambil tindakan dengan sendirinya. Disaat semua sudah berada dalam keadaan gentingnya, kedua murid itu pun masuk kebanjar padepokan untuk membantu gurunya mengahadapi tamu yang tak diundang yang ingin memaksakan kehendaknya.
Sesungguhnyalah disaat ini tunggul yudo berhadapan dengan resi manik moyo, sedangkan adiknya Sampar yudo menghadapi kedua murid resi manik moyo dari padepokan welat jati.

Pagi menjelang siang itu, di padepokan welat jati terjadi pertempuran sengit, di banjar padepokan yang lebar itu telah menjadi ajang dari mereka yang sedang mengadu olah kanuragan, sepasang begal Guntur geni berhadapan dengan resi manik moyo dan kedua muridnya.

Sudah lewat dari limapuluh jurus tangan kosong antara Tunggul geni dan Resi manik moyo bertarung, belum ada tanda tanda siapa yang akan mengakui keunggulan lawannya.
Disaat resi manik moyo mundur oleh hentakan tendangan lingkar Tunggul yudo, Tunggul yudo sudah siap dengan serangan yang lain yang lebih berbahaya, kali ini tanganya yang telah dilandasi ajian lebur seketi telah bersiap dihunjamkan dimana saja disetiap bagian tubuh lawan. Seperti yang sudah sudah, bagian tubuh lawan manapun yang terkena akan berakibat fatal, organ organ dalam tubuh lawan itu akan remuk pecah dengan sendirinya, serpihan pecahan tulangnya malah bisa merusak dan melukai daging daging yang membalutnya. Aji lebur seketi yang dimiliki sepasang begal guntur geni itu benar benar membuat bergidik, tapi kali ini lawan dari Tunggul geni bukan orang kebanyakan ataupun bocah kemarin sore, yang dihadapi saat ini adalah seorang resi yang memimpin sebuah padepokan, baik pengalaman maupun ilmunya kadang sukar dijajagi. Ditengah pergumulanya saling jual beli jurus, resi manik moyo sempat berkata kata…
“Ternyata Lebur Seketi nakmas memang menggetarkan, akan tetapi belum membuat orang tua ini meleleh bila terkena pukulannya” sela resi manik moyo ditengah pertempuranya.
“Iblis dajal laknat, tutup mulutmu resi tua”” jawab Tunggul geni panas. Secepat kilat gerakan dan kekuatan pukulan serta tendangan tunggul yudo yang sudah dilandasi dengan ajian lebur seketi telah meningkat tajam, hingga angin yang menderu nderu disekelilingnya telah berubah suhunya, perlahan seiring peningkatan tahap ajian lebur seketi yang dimiliki Tunggul geni hawa didalam banjar padepokan itu semakin panas. Resi manik moyo diam diam mengetrapkan aji Tameng wojo,hingga sampai saat ini walupun terjadi gesekan gesekan dan benturan benturan kecil dengan Tunggul geni, Resi manik moyo tak begitu merasakan imbas ajian lebur seketi. Dengan kekuatan wadag yang mengagumkan tunggul yudo masih saja sedikit menguasai keadaan, diperkelahian tangan kosong diperlukan raga yang memadahi, Tunggul yudo sekarang berada dalam masa keemasanya, sedangkan raga resi manik moyo mau tidak mau sudah semakin tua, kemunduran ini yang menjadi kelemahan Resi manik moyo dalam menghadapi banteng jantan yang mengamuk sekelas tunggul yudo. Di dalam satu kesempatan disaat Resi manik moyo manarik diri untuk mengambil nafas barang satu dua hirupan, Tungul yudo benar benar ingin menyudahi pertempuran ini, tangan kanannya segera menjulur ke atas dan tangan kiri menekuk didepan dada, jari jari masih mengembang nyempurit, kaki kanan diangkat setengah lutut, sambil memusatkan nalar budinya, Tunggul yudo siap siap melepaskan aji lebur seketi dengan segenap kekuatan.
Sesungguhnya orang tua itupun sudah bersiap menerima pukulan Tunggul geni yang dilandasi dengan Lebur seketi dalam tataran puncak, ajian tameng wojonyapun dihentakan bersamaan kekuatan lawan yang sedang memburunya, dan dua kekuatan dahsyat itu tak ayal lagi saling bertemu, DHUAAR!!..Tunggul geni sempat mundur satu langkah, resi manik moyo biarpun sudah begitu rentanya, hanya mundur beberapa langkah surut. Sifat aji Tameng wojo memang pasif, dia hanya melindungi pemakainya dari benturan benturan dahsyat yang disebabkan oleh apapun, akan tetapi uniknya aji Tameng wojo adalah ajian yang bisa keluar otomatis dari yang empunya tanpa bermaksud mengetrabkan ajian ini, hal ini bisa terjadi dalam keadaan tertentu.

Disebelah pertempuran antara Resi manik moyo dan Tunggul yudo, tak kalah sengitnya pertempuran antara kedua murid padepokan itu menghadapi begal guntur geni Sampar yudo, menjadikan banjar yang begitu lebar seolah olah menciut dikarenakan pertempuran mereka, dan yang terjadi selanjutnya adalah benar benar keadaan kedua murid resi manik moyo itu harus mengeluarkan segenap ilmu yang dimilikinya. Sampar yudo selain mempunyai landasan yang kuat berkat bimbingan guru sakti dari blora yang bernama kiajar jati, juga merupakan sesorang yang baru menanjak umurnya, kekuatan dan nafasnya sukar dicari bandinganya, kecuali itu bakatnya dalam olah kanuragan juga mengagumkan, biarpun dia dengan kakaknya tunggul yudo berselisih umur empat tahun, Sampar yudo tak terlihat sedikitpun lebih bawah ilmunya dengan Tunggul yudo.
Dalam pertempuran ini nyata nyata Sampar yudo diatas angin, biarpun kedua cantrik itu telah mengeluarkan segenap ilmunya yang ada, Sampar yudo juga tidak kehilangan mawas diri, anak ini masih fokus dengan apa yang dihadapinya, jurus jurusnya mengalir lancar, dengan tenaga penuh dan mantab, kembang kembangnyapun masih kelihatan dan nampaknya sampar yudo bertempur kali ini seperti latihan saja. Sigsag kakinya sangat lincah, sesekali meloncat sesekali merunduk, menyamping, memutar dan bergulingan. Tetapi bila kembali ke sifat dan  wataknya memang sangat sangat dipersayangkan, bakat bakat yang mengagumkan itu telah jatuh ketangan yang salah, hingga membuat perkembangan kedua orang itu juga dipengaruhi sifat sifat gurunya.

Bagian I | Bagian 2

Share


Yogyakarta, 2012-04-01 : 11:54:33
Salam Hormat
Gigih Santosa

Gigih Santosa mulai gabung sejak tepatnya Minggu, 2012-02-26 09:57:36. Gigih Santosa dilahirkan di Gunung mempunyai motto Hidup adalah jalan untuk kembali kepada Nya.
Cerita Bersambung : 9 Karya
Cerita Pendek : 14 Karya
Prosa : 1 Karya
Puisi : 6 Karya
Kisah Nyata non Privacy : 1 Karya
Total : 31 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Gigih Santosa


Isi Komentar Fajar Menyingsing di Blora. (chapster 2 : Keris Kyai Brongot Setan Kober) bag 1. 3593
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Fajar Menyingsing di Blora. (chapster 2 : Keris Kyai Brongot Setan Kober) bag 1. 3593 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Kekuatan terhebat yang dimiliki seseorang adalah kekuatan untuk memilih.
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti