di sudut malam,
lampu-lampu sumbu meminang cinta dengan benangnya,
sungkawa-sungkawa tersunjam kedalam warna menungging.
berharap sunting telinga hati,
membalutku dengan sempurna.
lepas hening,
lenggang sunyi mendengar ketuk,
satu ketukan suntuk,
dibelahnya ibarat jangkrik.
kuyu matanya tertutup seri seribu intan.
tuhan,
pangkulah jiwa jangan pergi meninggalkannya.
tuhan,
sambur limbur lensa mihrab gubahanku,
menyusun turut lekuk kakiku,
menahan ruku dalam hormatku.
tuhan,
senduk hatiku,
dalam sujud ku menyentuh,
tebuh tabib talam dinampan,
ktika mimpi mempertemukannya.
tuhan,
aku heran, betapa panjang sejadah tidur,
takhta bertabur, berpaut tabu namun tersentuh,
teralis malam, menirai dingdig halus,
dalam ikat kasih sayangnya.
tuhan,
mengapa kelambu malam,
mnjadi anyaman bermat tipis.
dia ceritakan hujan,
namun trouma dengan dinginnya.
dia mencintai hujan,
namun takut dengan sejuknya.
kembara butiran manis,
menembus batas setelah tertidur,
kembar,
tiada hilang angin sentuhan,
menjadi satu dalam raganya.
kelak raga itu,
terpetik hening rindu berlabuh,
mmbuat mata berembun-embun,
dalamdiam seribu tanya.
selimut mimpi,
bergerak hadir sepertiga malam,
terasa sulit untuk di telan,
tatkala musimmenjadi semi.
serasa kecil diri ini,
memandang simpuh,
lelahnya jejak tebing yang tinggi,
kadang,
kemana arah harus ku cari,
elegi tertimbun,
prasasti mimpi memuncak misteri,
netranya,
tergurat alis kasih abadi,
tertegun bunga ku genggam,
bersama cincin kenangan manis.
gelombang tetap sayang,
walau curam,
seharu bintang pendakian malam.
abadi lukisannya,
bersama do'a dalam hatimu.
aamiin.
~pangerancinta~2012