Improving Quality Of Life

Visitor 16.747

Hits 212

Online 1

KATALOG KARYA
2011.2607 - 134.FAD
Cerita Bersambung - Cinta © 2011-10-17 : 16:23:06 (4597 hari 03:09:21 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » TENTANG RASA BAG -4 ± Cerita Bersambung - Cinta © fadly. Posted : 2011-10-17 : 16:23:06 (4597 hari 03:09:21 lalu) HITS : 1772 lyrict-lagu-pilihan-lama () kumpulan puisi mutiarasukma23
RESENSI : byJannatunMawaddah

MasihberharapAgaakandatangmenjemputnyadenganpenjelasanmasukakalygbisaditerimanya.Namun,sia-sia.2jam,sosokitubelumjugamuncul.Matanya
by Jannatun Mawaddah

Masih berharap Aga akan datang menjemputnya dengan penjelasan masuk akal yg bisa diterimanya. Namun, sia-sia. 2 jam, sosok itu belum juga muncul. Matanya mulai memanas. Marah lebih pada diri sendiri, membiarkan dirinya begitu bodoh. Cukup sudah.
Diambilnya hp-nya, ditekannya tombol dial. "Bisa jemput saya di Cafe Book's Hunger tidak, K'?!"........Dua minggu berlalu, setelah Aga meninggalkan Zee sendiri di cafe. Tak ada komunikasi. Zee terlalu kesal untuk menghubungi Aga.
Aga sendiri tak berniat menghubungi Zee. Sebenarnya dia tau, gadis itu pasti amat sangat kesal dengan apa yg telah dilakukannya. Dia pun tau seharusnya dia meminta maaf, namun untuk meminta maaf dia perlu alasan yg jujur, dan untuk saat ini, Aga belum bisa memberikannya.
Maka dia pun diam saja. Akan ada saatnya untuk mengatakan semuanya. Dia seperti memiliki dua kepribadian. Satu dari kepribadian itu memberikanku harapan, sedangkan yg lain menganggapku seperti tak pernah ada.
Masalahnya adalah, aku tak bisa lepas dari keduanya.  Tombol send ditekan. Delivered to Dea. Zee berbaring malas-malasan di kamarnya. Sudah dua hari dia membolos, tak ke kampus. Dia terserang flu seminggu yg lalu setelah nekat menemani Dea, sang pencinta makanan, keliling berwisata kuliner sampai jam 12 malam.
Dua hari yg lalu bukannya membaik, flunya malah tambah parah karena tak tahan dengan godaan es krim yg dilihatnya sewaktu ke supermarket. Hasilnya dia demam. Hari ini demamnya memang sudah turun, tapi badannya masih enggan diajak kompromi.
Dea yg tak yakin sakitnya hanya karena alasan-alasan yg tersebut sebelumnya terus menghubungkannya pada topik Aga. Zee yg tak sepenuhnya mengerti situasi yg terjadi di antara Aga dan dirinya akhirnya hanya bisa menceritakannya berdasarkan versinya.
Dia memang dekat dengan Aga, tapi, dia tak sepenuhnya mengenal sosoknya, ada bagian dari dirinya yg tak tersentuh, terkunci, tak membiarkan siapapun masuk ke sana.  "Zee.......", panggilan Ibunya menghentikan sejenak pengembaraannya mengumpulkan fakta tentang potensi kedekatan macam apa yg mungkin kan terjalin antara dia dan Aga.
Setidaknya untuk membekukan sejenak hipotesa-hipotesa Dea yg terus mencecarnya. "Ya, bu", jawabnya sambil berlari menuruni tangga, menghampiri ibunya di dapur. "Antarin buat Aga!", pinta ibunya seraya menyerahkan bungkusan.
"........" Zee diam menatap bungkusan itu. "Semur daging. Ibunya nitip mereka sama ibu. Sekalian saja ibu masak. Itu kesukaan Aga. Bawa sana". "Bunda kemana?!", tanya Zee pada ibunya, tangannya ogah-ogahan menerima bungkusan itu.
"Urusan kantor, ke Surabaya, cepet sana! Sudah masuk waktu makan siang" Zee melangkah enggan. Dia masih kesal dengan perlakuan Aga. Dia belum mau bertemu dengannya. Mudah-mudahan saja dia tidak ada di rumah.
Namun, harapan Zee tidak terkabul, dia melihat Kawasaki Ninja Aga terparkir manis di halaman. Harapan selanjutnya mudah-mudahan dia sedang tidur. Lagi-lagi harapannya tak terkabul.
Dilihatnya Aga sedang duduk di sofa. Sofa itu membelakangi pintu masuk. Namun, meja makan berada tak jauh di depan sofa. Untuk sampai ke meja makan, dia harus melintasi sofa. "Huh...............menyebalkan!", batinnya.
Dia menarik nafas berat sebelum melangkah masuk. Dibuatnya langkahnya seringan mungkin agar tak menimbulkan suara, berharap Aga sedang tidur dan langkah kakinya takkan membangunkannya agar tak perlu repot-repot berlagak tak pernah terjadi sesuatu.
Dia menaruh bungkusan itu di atas meja. Dilihatnya Aga yg tetap anteng. Matanya terpejam. Namun, sekali lagi, Zee tau, dia tidak tidur. Dia berjalan pelan, berniat kembali ke rumahnya.
Jantungnya berdegup lebih kencang saat melintasi sofa tempat Aga duduk. Lalu.....degupan jantung itu seakan terhenti ketika tangannya terasa dicengkram erat. Matanya melirik ke samping. Aga masih tetap dalam posisi yg sama.
Hanya satu tangannya saja yg berpindah, menggenggam erat tangan Zee.... Diam.... Bisu.... "Maaf", suara Aga, terdengar tulus dan hangat. Zee terpaku.
Maaf, Pertama kalinya kata itu terlontar dari mulut seorang Aga. Butuh keajaiban untuk itu dan Zee tak ingin menodai kata itu dengan meminta penjelasan panjang. Maka, dia diam saja.
Memilih bersandar di sofa, tangannya masih betah digenggaman Aga. Merasakan getaran hangat yg menenangkan. "Sudah baikan?". Setelah beberapa saat lamanya, Aga melepaskan genggamannya.
Berdiri, mengambil tempat di depan Zee. Mata hazel coklatnya mencari jawab. Zee diam saja. Menikmati tatapan Aga yg selalu membuatnya tunduk. Entah mengapa. Tak juga mendapat jawaban, Aga mengangkat tangannya, menaruh punggung tangannya di dahi Zee.
Dengan cepat, Zee menepisnya. "Cuma flu. Aku tak yakin itu bisa dikategorikan sakit."
"Kebanyakan makan es krim. Kalau lagi kesal, jangan merusak diri sendiri. Pulanglah. Istirahat."
Zee mengerutkan dahi. "Manusia satu ini............", batinnya geram.
"Pulanglah. Kau harus sehat. Dua hari lagi kami akan ke rumahmu." "Maksudnya?! Kami?! Untuk apa?!", tanya Zee tak mengerti. "Pulanglah. Istirahat. Please....," pinta Aga. Pemintaan pertama Aga yg terdengar hangat di telinga Zee.
Tangannya mengelus rambut sebahu Zee yg terurai berantakan. Gadis itu tak menyangka akan mendapat perlakuan semanis itu dari Aga. Aneh. Membuatnya melayang memang, namun harus ada sebuah alasan untuk itu. Dan dia tak kan beranjak sebelum mendapat jawaban.
"Ada apa sih?! Bilang dulu!", nada suaranya memaksa. ".....". Aga menatap Zee dengan tatapan tak setajam biasa, bukan pula tatapan lembut yg sesekali dilihatnya. Sendu. Ada kesedihan yg tersirat di sana.
"Kenapa malah diam?!" Zee makin penasaran. "Ngelamar kamu......", bisiknya lirih. "Apa?!". Zee bukannya tak mendengarnya. Dia hanya tak yakin mendengar itu dari Aga. Serasa ada sesuatu yg mencekat tenggorokannya.
Dia terbatuk-batuk. Dengan lembut Aga menepuk-nepuk punggungnya. Setelah yakin batuk Zee mereda, dia melangkah ke meja makan mengambil gelas, menuangkan air dari ceret ke gelas, membawanya pada Zee lalu membantunya minum.
"Istirahat sana", pintanya pada gadis itu.  Zee masih tak percaya akan apa yg didengarnya. Masih ada tanya di kepalanya. Namun tak urung, dia pun menuruti permintaan Aga. Pulang.
Berharap akan ada penjelasan manis dari Aga yg tak lama lagi akan didengarnya. "Gimana, Zee?!", tanya ibunya. Mereka berdua berada dalam kamar.  Sementara, Bunda, Aga dan seorang paman dari keluarga almarhum ayahnya sedang menunggu persetujuan darinya, di luar, di ruang keluarga.
Pagi tadi, tepat jam 8, Bunda memastikan kedatangannya. Mereka akan datang dua jam lagi. Sontak kabar itu membuat Zee panas dingin. Aga tak membohonginya. Tapi mungkinkah?! Semuanya terasa bagai mimpi.
"Zee...mereka menunggu." Ibunya tak sabar. Zee menarik nafas panjang. Berharap tarikan nafasnya dapat menghalau semua keraguannya. "Ya, Bu", jawab Zee akhirnya bersamaan dengan itu senyum ibunya mengembang sempurna. Dipeluknya anaknya itu, lama. "Yuk", setelah tersadar dari haru-biru, sang ibu mengajak putrinya ke luar menemui tamunya.
Tak perlu ada kata. Senyum manis keduanya mampu menyampaikan segalanya. Hanya kata setuju yg mampu mengantar indah senyum itu. Keluar dari kamar dengan wajah yg berseri-seri, mereka mengambil tempat di kursi yg masih kosong.
Zee menatap Aga yg tertunduk. Bunda dan pamannya tampak sumringah, begitupun orang tuanya. Namun Zee tak menemukan reaksi yang sama pada raut wajah Aga.  Tiba-tiba, ada rasa yg aneh terasa menusuk-nusuk perut Zee, keram. Ada apa?!
"Zee...dari Arif!", kata ibunya menyerahkan telpon genggam. Matanya masih betah menatap Aga berharap Aga akan balik menatapnya, memberinya penjelasan. "Princess.....", Zee diam. Aneh dengan panggilan itu.
Sejak kapan?! Ada dingin yg tiba-tiba menjalari setiap inci tubuhnya. Tampaknya memang ada yg salah. Matanya belum berpindah dari Aga yg sedari tadi hanya membeku dalam diam. Zee semakin yakin, ada yg tidak beres.
"Mulai saat ini, aku manggil kamu Princess. Nggak pa-pa kan?! Huuuffftttt........ Aku sampai nggak bisa tidur nunggu hari ini datang. Aku nggak nyangka kamu bilang ya. Makasih...  ", suara diseberang terdengar begitu bahagia, sebaliknya terasa ada yg mengiris-iris Zee, suara itu terdengar semakin mengecil, membawa Zee tenggelam dalam usahanya merangkai satu-demi satu kepingan puzzle yg mulai tampak jelas kini.
Dan ketika kepingan-kepingan itu telah sempurna, mimpi yg baru saja didapatkannya terpaksa dileburnya. Dan jauh di dalam lubuk hatinya, kini ada luka menganga. "K'.....aku juga tidak menyangka lamaran ini datangnya dari Kak Arif. Aku senang. Terima kasih".
Ada getar dalam nada suaranya. Zee berusaha keras agar tangis itu tak tumpah di sana. "Kita lanjutin nanti aja ngobrolnya ya, Kak". Dia berdiri, menyerahkan cellphone itu bukan pada ibunya.
Dia melangkah pelan dengan sisa tenaga yg sepertinya telah terkuras begitu rupa, menghampiri Aga, berdiri tepat di depannya, lalu menyodorkan benda itu padanya. Aga mendongak, menatap mata Zee.
Binar-binar kesedihan itu tak lagi mampu disembunyikannya. Luka itu begitu jelas terbaca oleh Aga. Tak ingin lebih lama menyakiti Zee, diambilnya cellphone dari tangan gadis itu yg kemudian berlalu dari hadapannya.
"Maafkan aku...", bisik batinnya sementara tangannya menggenggam erat cellphone itu, seakan ingin meremukkannya. Kemarahan itu lebih ditujukan pada dirinya sendiri. "Aku punya penjelasan untuk semua ini, hanya saja belum saatnya ku sampaikan pada mu".

Share


Sulawesi-Selatan, 2011-10-17 : 16:23:06
Salam Hormat
Fadly Sang Jurnalis

Fadly Sang Jurnalis mulai gabung sejak tepatnya Senin, 2011-10-03 12:12:28. Fadly Sang Jurnalis dilahirkan di Bulukumba mempunyai motto MERAH PUTIH JIWA RAGA KU
Berita : 85 Karya
Puisi : 8 Karya
Laporan : 2 Karya
Cerita Bersambung : 4 Karya
Total : 99 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Fadly Sang Jurnalis


Isi Komentar Tentang Rasa Bag -4 2607
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya Tentang Rasa Bag -4 2607 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Jika kita enggan mengerjakan yang kecil bagaimana mungkin bisa menjadi besar?
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti