Improving Quality Of Life

Visitor 15.735

Hits 52

Online 1

KATALOG KARYA
2011.469 - 21.AGU
Laporan - Alam © 2011-03-14 : 11:22:19 (4785 hari -09:15:58 lalu)
The Power to be your best ternyata tak ku duga, di sini mulai cerita
KRONOLOGIS KARYA » AKHIRNYA PULANG MELEPAS KERINDUAN ± Laporan - Alam © Agus. Posted : 2011-03-14 : 11:22:19 (4785 hari -09:15:58 lalu) HITS : 2349 lyrict-lagu-pilihan-lama () Editor
RESENSI : Saya mencoba mendekati dengan pura-pura mengambil sesuatu dari tas saya yang tersimpan diantaranya. "Mau tidur Pak..?". Tanyaku dengan arah mataku tetap mencari-cari sesuatu di dalam tas. Bingung juga jadinya aku soalnya tidak tahu apa yang aku cari.
Malam ini berarti malam ke tiga kami berada di Gunung Cirebon bersama Jeng Ayu. Sudah banyak data yang kami catat dan sebagian kami kirim ke manajemen mutiarasukma dan sebagian langsung di posting di Spesial Event mutiarasukma (sesuai pesan manajemen).
Pada malam ketiga ini, pengunjung hampir dua atau tiga kali lipat jumlahnya dari hari-hari sebelumnya. membuat masjid Gunung Jati terasa panas, maklum kipas angin hanya dihidupkan pada saat shalat berjamaah saja.
Situasi seperti ini membuat kami tidak dapat berbuat banyak, akhirnya kami bersama Jeng Ayu sepakat membahas untuk kembali menemui Bapak Tua yang sempat kami ajak makan bersama.
Akhirnya niatan kami terwujud ketika itu Bapak Tua yang mengenakan baju koko berwarna hijau dan sekarang juga masih mengenakan baju yang sama sedang tiduran diantara tumpukan tas. Saya mencoba mendekati dengan pura-pura mengambil sesuatu dari tas saya yang tersimpan diantaranya.
"Mau tidur Pak..?". Tanyaku dengan arah mataku tetap mencari-cari sesuatu di dalam tas. Bingung juga jadinya aku soalnya tidak tahu apa yang aku cari.
"Oh.. belum cuma ini tenggorokan gatal-gatal. Kayanya mau batuk nich...". Jawabnya
"Wah kalau begitu kebetulan kami bawa obat-obatan nich Pak...". Aku langsung memnggil Jeng Ayu untuk sekalian bergabung. "Jeng obatan-obatan yang dibekalkan dari mutiara dimaan ya..?". Tanyaku..pada Jeng Ayu.
"Oh iya ada di Tas satunya..". Jeng ayu tanpa komando langsung mengambil tas yang diantaranya ada bekal obat-obatan yang sengaja disiapkan oleh mutiara (Yayasan Mutiara Sukma, Red). Kotak Obat dikeluarkan, kami memeriksa setiap bungkusan obat yang telah dilabeli dengan kegunaan dan dosis. Dan, aku sangat terperanjat ketika ada satu bungkus obat bertuliskan obat batuk diminum 3 X 1 tablet. Keterperanjatanku, seakan ada alur cerita yang telah digariskan bahwa pertemuan kami dengan Pak Tua yang sedang batuk. Apakah ini satu petunjuk bahwa dalam setiap kejadian dalam kehidupan kita dimuka bumi ini bukanlah sesuatu yang bersifat kebetulan.... Hmm. sekali lagi aku menepis argumen dalam hatiku, karena masih perlu bukti dan biarlah waktu yang membuktikan. Demikianlah gumman hatiku ketika menepis salah satu pendapatku.
"Alhamdulillah Pak, ini kami dibawakan obat dari Kantor dan ada obat batuknya. Ini memang resep dari dokter Pak jaga-jaga kalau kami sakit.. Tapi, alhamdulillah kami sehat sampai sekarang... Bapak mau minum obat ini..?". Tanyaku dengan menyodorkan bungkusan obat itu.
Pak Tua langsung menjawab dengan ucapan terikasih dan menerima obat itu yang kemudian langsung mengambil botol air minum dan langsung meminumnya.
Kami hanya memandang sambil tersenyum bersama Jeng Ayu. "Iya ya... seperti bukan kebetulan ya kok sampai dibawain obat batuk segala ya..?". Seloroh Jeng Ayu setengah heran.
"Hidup ini tidak ada yang kebetulan...". Pak Tua itu menjawab dengan tenang sambil menyimpan kembali botol air minumnya.
"Hidup ini sudah ada yang mengatur. Pertemuan Bapak sama Jeng Ayu dan Mas Agus sudah ada yang mengatur. Kita hanya tinggal menjalani.." Lanjut Pak Tua itu dengan memandang kami seperti menunggu rerspon kami.
Dalam hatiku lahir satu pertanyaan, dan ini harus dapat jawaban. Guman dalam hatiku.
"Hmm. Bapak i'tikaf disinikan sudah lama ya Pak.. Apa Bapak tidak rindu sama Keluarga..?". Tanyaku dengan hati-hati.
"Kan ada niat.. Jadi ya harus diniati dengan resikonya (konsekwensinya, red)".
"Tapi apa anak Bapak dirumah tidak rewel sama ibunya di rumah..?. Maklum Pak namanya anak-anak pasti pengen dekat dengan Bapaknya walau bapaknya mungkin lebih galak dari Ibunya...".
Pak Tua itu terdiam..., tiba-tiba terlihat terjadi perubahan mimik dari tenang menjadi seperti gusar dan ada kesedihan yang dalam.
"Tapi jaman sekarangkan canggih ya Pak.., Melepas kerinduan atau memantau keadaan anak dan isteri bisa lewat handphone...". Kata Jeng Ayu memecah kesunyian suasana.
Akhirnya, Bapak Tua itu berbicara dengan nada pelan.. "Kalaupun nanti saya pulang, saya tidak mungkin kembali ke rumah....".
Kami berdua berpandangan heran...
"Isteri saya sudah bersuami lagi, padahal anak saya dua-duanya masih SD".
"Oh maksud Bapak, sudah bercerai begitu...?".
"Iya, rumah juga masih ngontrak. Tinggal di saudara walaupun di kakak kandung tetap tidak enak.".
"Hmm.. tapi Bapak disini bukan pelariankan Pak..? maksud saya, benar-benar Bapak untuk ber-itikaf ?".
"Iya.., soalnya sudah seusia saya masih tidak juga ketemu usaha yang baik yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga".
"Waktu itu Bapak usaha apa..?".
"Saya dagang, tapi ya... habis bersama modal-modalnya untuk resiko".
Demikianlah perbincanganan kami sampai pembahasan terhadap jika ingin pulang tempat sauadara yang mana yang ingin dikunjungi...
Pak Tua menjawab, jika saya bisa pulang saya ingin ke rumah adik saya di Jogja..
"Berapa kira-kira Pak ongkos sampai ketepat Adik Bapak..?. Termasuk Ongkos Ojeg atau Beca jika ada".
"Kalau pakai kereta api, ongkos kereta api Rp. 35,000.00 ongkos di sana Rp. 15,000-an habis. Tapi, jangankan untuk ongkos untuk makan sehari-hari disini saja saya lebih banyak tidak makan ketimbang makan".
"Ya namanya kan Itikaf Pak. Jadi sebenarnya jika Bapak ada uang sekitar 50000-an Bapak mau pulang ke ogja..?". Tanyaku menegaskan keinginan hatinya.
"Iya... setidak enak-enaknya di saudara mungkin lebih enak ketimbang disini...".
Kami termenung sejenak, pasti gemuruh hati aku dan Jeng Ayu berbeda satu sama lain atau mungkin juga bisa sama bahwa kasus ini menunjukkan bahwa Gunung Jati sebagai tempat pelarian dari Bapak Tua ini atau kuatnya tekad Sang Pak Tua ingin menyelesaikan kesulitan hidupnya atau ingin menghindar dari persoalan yang dihadapinya. Hanya Pak Tua yang tahu tentunya dan Tuhan emesta Alam.
"Pak, kalau begitu ini aku punya uang sisa cukup untuk bekal ongkos dan makan dijalan sampai tujuan. Kapan Bapak rencana pulang...?". Tanyaku..
"Kalau ada uang besok pagi saya mau pulang...".
"Iya Pak, coba di Jogja bicarakan dengan baik dengan Adik Bapak dan Suaminya, siapa tahu asa jalan keluar misalkan buka warung lagi di sana atau ya terserah kemampuan Bapak".
"Iya terimaksih.... sebelumnya". Dengan setengah gemeter tangannya menyalamiku dan langsung aku berikan ongkos saat itu juga. Dia memandang uang yang kami berikan...
"Yang ini akan Bapak kirim buat anak-anak saya yang SD yang sekarang dengan Ibunya dan ini untuk sangu Bapak Pulang... ".
Setelah merasa cukup akhirnya aku dan Jeng Ayu ke luar sekedar mencari angin... dan ketika itu kami mendapat salam.
"Assalamualaikum... Betah di sini..?". Tegur seseorang yang ternyata Bung Is. Bung Is adalah ketua Team kami yang mengantar Bung Indra dan mBak ambar ke Solo.
bicarakan dengan baik untuk
"

Share


Jawa Barat, 2011-03-14 : 11:22:19
Salam Hormat
Kang Agus

Kang Agus mulai gabung sejak tepatnya Selasa, 2010-12-28 19:18:37. Kang Agus mempunyai motto Mensyukuri Hidup
Filsafat : 3 Karya
Laporan : 4 Karya
Berita : 3 Karya
Puisi : 1 Karya
Opini : 2 Karya
Surat dari Hati : 1 Karya
Total : 14 Karya Tulis


DAFTAR KARYA TULIS Kang Agus


Isi Komentar AKHIRNYA PULANG MELEPAS KERINDUAN 469
Nama / NameEmail
Komentar / Comment
BACK




ATAU berikan Komentar mu untuk karya AKHIRNYA PULANG MELEPAS KERINDUAN 469 di Facebook



Terimakasih
KASTIL CINTA KU ,



CORNER KASTIL CINTAKU Mutiara Sukma
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi iman dan taqwa serta akhlakul karimah, agar menjadi umat yang terhormat, bahagia dan selamat di dunia dan akhirat.(almarhum H. Abdurahman dalam bidang pendidikan)
MIS Mutiara Sukma : Dian Tandri | Suryantie | Ade Suryani | Arum Banjar Sarie | Ambar Wati Suci | Chintia Nur Cahyanti