diranting yang kian gentingterhempas pilu embun berdenting
cuma sekedar mencari alasan yang tak pasti
rela kau lepaskan jari setia yang mengusap derai dipipi
kau tahu bagaimana sembilu menusuk kalbu?
tapai kau tak mau tahu redam menikam
karena keangkuhan menhijab wajah yang berselindung
kau tau belati yang menghiris hati?
tapi kau tak mau tahu kehancuran mengabadi
karena picik membutakan kelembutan budi
sungguh kehancuran telah kau hiaskan
hingga tak terbesit lagi senyum kebanggaan
tak lagi kau hiraukan dodoian untuk sibuah hati nan jadi igauan
tak lagi kau hiraukan desahan kerinduan yang kian menghujam
tak lagi kau hiraukan aku kau singkirkan
kelembutan kodrat tak lagi tersandang sebagai keagungan
pantaslah mimpi dulu di tinggalkan
keramahan menyejukkan tak lagi di genggaman
pantaslah sunyi kini merajai
kau cari lagi mimpi diantara mimpi
memang telah kau temui
tapi esok tak jua pasti
atau sejarah itu kan terulang lagi?
kau bangga dengan adanya
memang dia selalu ada
tapi itu ku yakin kan percuma
atau kan kau temui hal yang sama?
moga kidung-kidung itu tak senasib dengan melody yang sumbang kini.