Maaf jika aku menyapa mu
Telah ku bendung gundah dilema
Telah ku hadang rasa berantai
Patah lengan dimasa yang sama
Parah jua lilitan teratai
Ku kirim pesan tak beralas-alas
Apakah rumput telah malas?
Atau karena akar tak lagi sudi?
Tidakkah nyata semua yang di kertas?
Engkau lupa atau benci?
Naifkah semua yang ada?
Sewaktu malam purnama tak menjelma
Di lain malam Kejora bercengkrama
Tanpa lagu duri yang terkesima
Selain hayat pena mu berumpama
Siksa nian perjalanan yang satu
Pantaslah pungguk kian meratap durja
Mata yang sayu embun bersedu
Sepintas kuncup kembang seroja
Cinta merindu terkuras merdu
Terbujur langkah lintang pun patah
Sekejam cuka menghujami luka
Tak cukup air mata untuk mereda
Setajam bisa meresapi derita
Tak cukup air mata untuk merasa
Patah pujangga telah ku eja
Syair yang mana telah kau tinggalkan
Pergi mu kian tak bergeming
Pantun dan gurindam engkau lepaskan
Diri ku tertikam kau kian berpaling
Genting,
Sungguh Hati ku kau hujani beling
Demi rindu
Yang kian bersembilu